Akuadalah seorang mahasiswa Indonesia yang bersekolah di Universitas California. Beberapa waktu lalu, aku pernah menulis surat yang berisi cerita cerita terima kasih kepada orang tua ku, dan ketika aku memutuskan untuk memperlihatkannya pada dunia, ternyata cerita inspirasi tersebut mendapatkan tanggapan yang luar biasa dari orang-orang di Eropa, India,
Tekscerita inspiratif adalah cerita yang memuat nilai moral dalam peristiwa yang dialami oleh tokoh. Teks ini memaparkan kisah menarik dari seseorang. karena usianya sudah tua. Namun dr. Handoko tetap bersikeras untuk tetap menangani pasien covid-19, meskipun mati juga tidak apa-apa baginya. Contoh Teks Cerita Inspiratif tentang Raja
Orangtua dari Muhammad Ferarri, Paino dan Nurhayati berikan kisah inspiratif saat berjuang mengantarkan anaknya hingga sukses di sepak bola profesional. Muhammad Ferarri adalah pemain jebolan Liga TopSkor yang sempat bermain bersama Jakarta Football Academy. Kini Muhammad Ferarri menjadi pemain andalan sekaligus kapten timnas U-19 Indonesia.
Namun orang tua anak itu mengalami kebangkrutan. Alhasil, anak perempuan itu dan adik-adiknya hidup bergantung pada penghasilan nenek mereka yang kecil. Suatu ketika, anak perempuan itu bernyanyi pada acara sekolah. Karena suaranya yang merdu, maka ia mendapatkan tepuk tangan yang meriah. Demikian mengenai contoh cerita inspiratif dan
Saatitu saya ingat banjir besar di Jeddah, tahun 2011 awal, beberapa rumah dan apartement terendam banjir, mobil2 terbawa arus, buat mereka ini sesuatu yang luar biasa. Salah satu orang Arab kenalan saya, rumahnya juga hancur terendam banjir, sebagai teman saya ingin menyampaikan keprihatinan saya.
TeksCerita inspiratif atau inspirasi adalah satu bentuk prosa yang berisi kisah seseorang yang bertujuan untuk memberikan inspirasi atau motivasi. Tidak hanya bagi yang menderita saja tetapi juga bagi orang tua dan keluarganya. TEKS EKSPLANASI Pengertian Teks Eksplanasi Teks eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses ‘mengapa
Yangjuga telah membimbingku untuk mengarungi bahtera rumah tanggaku. Ayah ibu, terima kasih telah menjadi orang yang 'terburuk' yang aku kenal. Kalau aku tidak diperlakukan 'seburuk' itu, aku tidak tahu akan seperti apa nasib hidupku kini. Aku selalu mencintai 'keburukan' ayah ibuku sepanjang hayatku. Terima kasihku tak terhingga untuk semua
Ceritaberikut ini berbicara tentang kekuatan semangat manusia. Tanpa kehadiran orang tua, tidak ada yang membimbing seorang anak menjadi sosok yang. ARASYMAN AL GHAIB MEN LOST FROM THE ARASY DZIKRILLAH Yuk, baca kumpulan pantun nasehat orang tua ini agar hidupmu lebih terarah! Cerita tentang orang tua yang menyentuh hati. Maka dari itu jadilah
GambarCerita Inspiratif Kisah 3 Tiga Mainan Tentang Kepercayaan Dan Persahabatan. Suatu ketika dalam sebuah kelas, seorang guru datang dengan 3 (tiga) mainan yang semuanya terlihat identik dalam bentuknya, baik itu ukuran dan bahannya. Guru tersebut menunjukkannya kepada siswanya. Setelah semua siswa melihat mereka, dia bertanya apakah mereka
EksplorHal Baru Tentang Cerita Motivasi Hidup Dari Banyak Orang Sukses di Setiap Orang Pasti Butuh Menyimak Cerita Motivasi Agar Dapat Mendorong Semangat Untuk Mencapai Impian. untuk semua siswa dan banyak dari mereka akan membutuhkan motivasi dan inspirasi yang sangat besar dari guru dan orang tua untuk
Re8ogS. Kabehaya – “Apakah Anda bersedia bekerja di bawah tekanan, bahkan hingga di tanggal merah atau di luar jam kerja?”, tanyanya. Pertanyaan ini cukup membuat saya berdesir ragu untuk melanjutkan menjawab. Perkenalkan. Aku adalah Rudy, seorang yang baru lulus sarjana dengan predikat yang cukup membuatku bangga. Aku lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Tidak kaya, bahkan terkadang malah cenderung lebih banyak kurangnya. Namun, siapa sangka ternyata aku bisa berkuliah sampai sarjana. Hari ini adalah momenku untuk mencari kerja. Aku pergi ke luar kota, mencari kesempatan yang lebih baik untuk menjadi laki-laki merdeka. Nilai yang baik sudah aku genggam. Berbagai prestasi yang aku miliki sudah cukup memuaskan. Aku yakin bahwa aku akan mendapat pekerjaan di hari pertama. Seperti perusahaan pada umumnya, akan selalu ada permintaan untuk membuat sebuah motivation letter sebagai syarat administrasinya. Singkatnya, aku hanya membagikan seperlunya. Cukup aku dengan prestasiku, keberhasilanku, dan beberapa cerita tentang keluarga kecilku termasuk pekerjaan ayah dan ibu. Keluarga kecilku ini hanya terdiri dari aku, kedua orang tuaku, serta seorang adik yang usianya beberapa tahun di bawahku. Sebenarnya alasanku mencari kerja bukan hanya mencari kesempatan yang lebih baik. Melainkan, karena aku yang sudah bosan dengan suasana rumah dan ingin bebas lepas dari mengurus orang tua yang sudah sangat renta. Aku rasa, sudah giliran adikku yang seharusnya merawat mereka, bukan aku. Aku perlu menjalani kehidupan yang aku impikan. Aku tidak ingin menjadi seperti ayah yang hanya bekerja sebagai kuli bangunan ataupun ibu yang hanya bekerja sebagai tukang cuci kiloan. Aku ingin tinggal di kota, memiliki pekerjaan yang baik, membeli barang yang aku impikan, bersenang-senang, dan yang lainnya. Kerja kerasku selama kuliah akan aku dapatkan sekarang. Jika aku masih di rumah, mana mungkin aku bisa menikmati kehidupan? Aku harus pergi dari rumah itu, sesegera yang aku bisa. Singkat cerita, gumamanku selama perjalanan di bis berhasil mengisi waktu hingga aku tiba di tempat interview kerja. Aku percaya diri. Memasuki gedung tingkat tinggi, aku siap melangkahkan kaki menuju masa depan yang lebih berarti. “Permisi Pak, Selamat Siang, boleh saya duduk?”, tanya saya. “Baik, silakan.”, ucap pewawancara kepada saya, yang selanjutnya ia memperkenalkan diri bahwa ia adalah Pak Firman. Sesi wawancara pun dimulai. Pertanyaan demi pertanyaan mampu saya jawab dengan meyakinkan. Pewawancara memberikan respons positif atas setiap jawaban yang aku sampaikan. Dalam hati aku merasa puas dan bangga. “Wah Rudii, kamu hebat sekali memang. Kerja kerasmu akan terbayarkan!”, gumam saya dalam hati. Dengan senyum percaya diri, aku yakin bahwa aku akan diterima kerja di sini. Namun, ketika berbagai pertanyaan yang aku pelajari telah selesai diberikan, Pak Firman mulai memberikan berbagai pertanyaan yang rasanya tidak pernah aku pelajari. Hal ini membuat aku kebingungan. Kemudian, “Rudi, boleh coba lihat kedua tangan kamu?”, tanya Pak Firman kepadaku. Aku cukup heran, namun aku menjawab dengan sopan dan menyodorkan kedua tangan saya ke bapak itu. Bapak itu membuka tangan saya dengan “Hmmmm… Sudah saya duga.. Baik Rudi, terima kasih banyak.”, ucap Pak Firman. “Mohon maaf, ada apa ya Pak?”, tanya saya kebingunan. “Rudi, saya belum bisa memberikan keputusan atau tawaran lebih jauh kepada kamu untuk sekarang. Namun, saya melihat bahwa kamu memiliki potensi yang sangat baik, namun melupakan beberapa hal yang paling penting dalam hidup. Saya masih khawatir akan menyesal jika saya menerima kamu sekarang.”, jelas Pak Firman sambil menghela nafas panjang. “M-maksudnya Pak..?”, tanyaku kepada Pak Firman, sambil merasa terkejut dan seolah merasa tidak terima. “Silakan pulang, temui kedua orang tua kamu. Saya ingin kamu melihat tangan kedua orang tuamu ketika kamu sudah sampai di rumah. Jika sudah mengerti, silakan kembali lagi ke sini, temui saya.”, ucap Pak Firman begitu saja. Saya tidak habis pikir dengan apa yang Pak Firman pikirkan. Dia telah memberikan respons yang sangat positif atas setiap jawabanku sebelumnya. Tapi, mengapa menyuruh saya untuk pulang terlebih dahulu dan menemui orang tua jika nanti saya disuruh untuk kembali ke sana? Jika saya memang tidak diterima, bukankah seharusnya saya tidak perlu kembali? Jika saya diterima, mengapa saya harus pulang terlebih dahulu dan kembali setelah dari luar kota? Ahhh, menyebalkan sekali. Apa, sebaiknya aku coba untuk mendaftarkan diri ke perusahaan lainnya saja? Perjalanan dari kota ke rumahku cukup jauh. Aku sampai ketika petang menjelang. Aku lelah. Kesal. Marah. Apa yang aku dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Sampai di rumah, Ibu dan Bapak seperti biasa sedang berkumpul di ruang keluarga setelah Maghrib. Mereka menanti cerita dariku, yang sebenarnya aku sendiri malas untuk menceritakannya. “Ini, diminum dulu, Mas.”, ucap adikku yang membuatkan aku teh manis. “Iya, makasih Dek.”, ucapku. Setelah aku bersih bersih, aku masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Pak Firman kepadaku tadi siang. Dia ingin agar aku melihat tangan kedua orang tuaku. Apakah maksudnya ini kiasan? Aku tidak mengerti. Sulit sekali aku memahami. Akhirnya, ketika menjelang tidur, aku sempatkan diriku untuk datang ke kamar bapak dan ibu. Aku izin masuk, dan menyampaikan bahwa aku diminta untuk melihat tangan bapak dan ibu. “Halah jangan Mas…”, ucap Ibu, begitupun dengan Bapak. Aku cukup heran, mengapa mereka tidak mau menunjukkan tangannya kepadaku. Namun, karena ini urusan pekerjaan, maka aku aga memaksa dan bahkan aku “merebut” telapak tangan yang mereka sembunyikan, agar aku bisa melihatnya lebih jelas. Aku berhasil merebut telapak tangan ibu. Dan tiba-tiba, aku baru sadar… Telapak tangan Ibu yang dahulu saat aku di TK masih sangat halus, sekarang sudah sangat kasar.. Bahkan, ada beberapa bekas luka di sana.. Aku hanya meraba setiap garis tangan Ibu. Perlahan, aku mulai menyusuri telapak tangan sosok yang telah melahirkanku. Terbayang, tentang betapa keras usaha yang telah dilakukan oleh Ibuku. Entah ada berapa bekas luka yang tergores di tangannya yang sudah renta serta kasar itu. Mungkin sepuluh, dua puluh, entahlah. Terlalu banyak. Perlahan, aku terbayang tentang bagaimana Ibuku telah mencuci selama belasan tahun, dari aku TK sampai sekarang aku lulus menjadi sarjana. Entah berapa banyak baju yang telah ia cuci. Entah berapa ratus luka dan rasa dingin yang telapak tangannya lewati. Entah berapa ribu kali Ibu harus dicaci ketika ada sedikit noda merah baru yang katanya menempel di pakaian pelanggan ibu sendiri, yang baru kusadari bahwa itu adalah sedikit noda darah dari tangan Ibu ketika mencuci. Betapa hancurnya perasaanku ketika mengetahui bahwa aku tetap diam saja sedangkan ibuku terluka bertahun-tahun silam dan sebenarnya sangat membutuhkan mesin cuci. Ibu tidak pernah memikirkan untuk dirinya sendiri. Setelah bertahun-tahun, impian Ibu untuk mesin cuci ternyata harus sirna demi memberikan aku sesuap nasi. ….. Perlahan, aku menarik lengan renta yang satu lagi, lengan bapakku. Tangannya lebih kasar dari tangan ibu. Lukanya lebih banyak juga dari luka yang ada di tangan Ibu. Sebagian kukunya ada yang bekas patah sejak lama, entah kapan kejadiannya. Aku langsung mengerti. Bapak yang selama ini bekerja sebagai kuli bangunan, tentu sangat mungkin mengalami luka yang lebih banyak lagi. Terbayang, bagaimana setiap luka ini bisa tercipta ketika Bapak menceritakan pekerjaannya. Ada yang ternyata terkena palu dengan sangat keras oleh temannya sendiri, maupun karena ketidakfokusan dirinya akibat dari terlalu lelah bekerja. Ada luka yang disebabkan karena tergores oleh besi bangunan, ada yang terluka karena mengangkat batu yang terlalu berat, bahkan ada salah satu jari yang sangat kaku dan mungkin sudah patah lama karena pernah tertiban benda berat namun tak mampu menghadapi biaya berobat yang lebih berat.. …….. Aku menangis. Aku baru mengetahui semuanya detik ini. Aku baru melihat betapa banyak hal-hal menyakitkan yang harus orang tuaku lalui, demi menyekolahkan aku yang akhirnya lulus sebagai sarjana berprestasi. Aku yang selama ini bangga akan kehebatan diri dan menganggap bahwa Ibu Bapakku sebagai sosok renta tak berpendidikan yang akan menyusahkan masa depanku nanti, ternyata terpukul oleh realita tentang betapa besar dosa dan kesalahan yang aku berikan kepada orang tuaku sendiri. Aku maluu.. Aku malu sekali. Aku malu pada diriku sendiri. Aku malu pada Ibu Bapakku. Aku malu pada betapa bodohnya aku yang telah membanggakan dan menyombongkan diri serta menganggap bahwa dua malaikat penjagaku adalah beban yang menyusahkan masa depanku nanti. Aku malu, merasa bersalah, dan merasa sangat sangat berdosa. “Mas.. kenapa nangis…? Udah-udah… Cah lanang Anak laki-laki kok nangis..”, ucap Bapak kepada aku, disertai dengan Ibu yang hanya mengusap-usap kepalaku. “I-iya Pak.. Maaf. maaf..”, ucap saya, sambil berusaha menegarkan nada. ** Esok harinya, pagi-pagi sekali, setelah sholat subuh dan meminta maaf kepada bapak ibu sekaligus minta doa, aku langsung bersiap menemui Pak Firman lagi. Melewati “Pak.. Saya sudah menemui ibu dan bapak saya.. Saya sudah melihat tangan mereka berdua.. Terima kasih banyak karena sudah memerintahkan saya untuk melihat kedua tangan orang tua saya, Pak..”, ucap saya dengan tertunduk malu. “Hmmm… iya.. lalu?”, tanya Pak Firman, menyelidik. “Saya ingin bisa membalas segala kebaikan yang telah orang tua saya berikan… Orang tua saya yang tak lulus SD namun telah mampu membuat saya menjadi orang yang seperti ini.. Saya bisa menjadi seperti ini karena orang tua saya juga, Pak.. Bahkan, justru rasanya perjuangan orang tua saya masih sangat jauh lebih besar dibanding dengan perjuangan saya untuk diri saya sendiri… Saya, ingin membahagiakan mereka, Pak.. Saya sangat ingin..”, ucapku disertai dengan suara yang sangat berat dan menahan tangisan ini. “Hmmmmm…”, Pak Firman menghela nafas panjang. Air mataku tiba-tiba tak tertahankan. Semua tumpah. Tak bersuara, namun aku tau bahwa ada air mata yang menetes di sana. Pak Firman melihat. Aku hanya tertunduk dan berusaha menenangkan tangisan supaya tidak semakin tertumpahkan. “Rudi, kamu adalah anak muda yang memiliki potensi sangat baik. Namun, kesombongan kamu akan menghancurkan kamu suatu saat nanti.. Orang tuamu rela untuk bekerja tidak mengenal tanggal merah demi kamu. Orang tuamu rela untuk bekerja tidak mengenal jam demi kamu. Orang tuamu rela untuk memadamkan segala impian impiannya untuk kamu bisa hidup nyaman dan bisa membesarkan kamu. Dan itu semua mereka lakukan tanpa ragu.. Bukankah begitu..?” tanya Pak Firman. “B-betul Pak..” balasku sambil menyeka air mata di depan Pak Firman. “Selanjutnya.. Karena kamu saat ini sudah mengerti tentang peran orang tuamu dalam hidupmu, sudah mampu menghargai apa perjuangan yang mereka lakukan untukmu, maka saya akan percaya bahwa kamu pun akan mampu untuk menghargai perjuangan maupun peran setiap rekan kerja yang nanti ada di sekitarmu.”, lanjut Pak Firman. “Baik Pak.. Terima kasih banyak..”, ucapku sambil masih berusaha menenangkan diri. “Baiklah. Jadi, terima kasih banyak Rudi. Anda diterima di perusahaan ini di posisi yang Anda inginkan dan sesuai dengan gaji yang kemarin Anda ajukan. Selamat bekerja mulai hari ini. Saya tidak sabar melihat kejutan kamu selanjutnya. Semoga sukses!!!”, ucap Pak Firman menenangkan, sambil mendekatiku dan mengajukan jabat tangan. Aku pun sangat berterima kasih kepada Pak Firman atas kesempatan ini. Memang benar, aku rasanya kurang mampu untuk menghargai perjuangan orang tuaku, dan terasa terlalu fokus bahwa apa yang aku raih adalah hanya karena kerja kerasku. Beberapa bulan setelah aku bekerja di sini, aku sudah dipercaya untuk menjadi pimpinan tim yang baru dibuat untuk ekspansi perusahaan. Syukur sekali, akhirnya aku bisa membalas kebaikan-kebaikan orang tuaku. “Terima kasih banyak karena telah meminta saya untuk pulang dan melihat tangan kedua orang tua saya!” *gambar hanya ilustrasi *ditulis oleh
Ilustrasi Kisah Inspiratif Anak yang Berbakti kepada Orang Tua. Foto Nienke Burgers inspiratif anak yang berbakti kepada orang tua dicari oleh banyak orang. Kisah atau cerita adalah cara yang dapat digunakan untuk menginspirasi banyak orang dalam melakukan sesuatu. Dan ini dapat berupa kisah senang, sedih, bahkan moral yang terdapat dalam cerita inspiratif memiliki peran penting untuk mengembangkan kepribadian seseorang. Namun, ternyata cerita inspiratif dapat berasal dari cerita diksi dan kisah ini akan membahas mengenai tujuan, struktur, dan contoh kisah inspiratif. Simak terus pembahasan di bawah ini ya!Contoh Kisah Inspiratif Anak yang Berbakti Kepada Orang TuaIlustrasi Contoh Kisah Inspiratif Anak yang Berbakti Kepada Orang Tua. Foto Manuel Schinner mengulik kisah inspiratif anak yang berbakti kepada orang tua, apakah kamu tahu apa itu cerita? Mengutip buku dengan judul Pembelajaran Cerpen karya Rohman 2020, cerita mengungkapkan tentang peristiwa yang dikisahkan, diabstraksi dari fungsi peristiwa di dalam teks dan disusun ulang dalam urutan waktu, bersama dengan tokoh-tokoh dalam peristiwa kisah inspiratif memiliki beberapa tujuan yakni dapat menyampaikan pesan moral dari cerita-cerita yang disampaikan dan menggugah semangat para pembaca untuk melakukan suatu halnya jenis cerita lainnya, cerita atau kisah inspiratif memiliki strukturnya tersendiri. Berikut struktur cerita ini contoh kisah inspiratif anak yang berbakti kepada orang tua yang wajib dibaca oleh anak-anak!1. Kisah Inspiratif 1Seorang anak SMP bernama Agus selalu datang terlambat saat datang ke sekolah. Saat datang ke sekolah, pakaiannya lusuh dan selalu berkeringat. Banyak orang yang heran karena ia selalu berpenampilan ditelusuri, sebelum ke sekolah ia membantu ibunya berjualan di pasar. Agus dan ibunya berasal dari keluarga yang tidak mampu. Maka dari itu, Agus selalu membantu ibunya untuk mencari Kisah Inspiratif 2Seorang mahasiswa datang ke kampusnya. Namun, ia membawa ayahnya. Saat ditanya mengapa ayahnya ikut ke kampus, alasannya sangat menyentuh. Ia hanya tinggal berdua dengan ayahnya mengidap penyakit stroke dan tidak ada orang yang dapat menjaga ayahnya di rumah. Mahasiswa tersebut sangat berbakti kepada orang kisah inspiratif anak yang berbakti kepada orang tua dan juga struktur serta tujuan cerita inspiratif. Semoga artikel di atas dapat menambah wawasanmu ya! FAR
Pada suatu hari, ada seorang laki-laki bertanyakepada Rasulullah SAW -baiknya perlakuan?" Rasulullah menjawab, "Ibumu." Mendenagar jawaban Rasulullah, laki-laki itu pun pulang. "Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kami hormati dengan sebaik- baiknya. Esok harinya, laki-laki itu datang lagi menghadap Rasulullah. la bertanya kepada Rasulullah dengan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya. "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kami cintai dengan sebaik-baiknya perlakuan?" Rasulullah pun menjawab kembali dengan jawaban yang sama, "Ibumu." Untuk ketiga kalinya ia bertanya kembali, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kami sayangi dengan sebaik-baiknya perlakuan selain ibuku?" kemudian Rasulullah menjawab, "Ibumu." Laki-laki tersebut semakin penasaran, ia pun mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya kembali kepada Rasulullah. "kemudian siapa lagi selain ibuku?"kemudian Rasulullah mwnjawab, "Tentu Bapakmu." Belum sempat laki-laki itu melangkahkan kakinya untuk pulang. Rasulullah berkata, "Wahai saudaraku, bahwa tentang perlakuan yang sebaik-baiknya kepada kedua orang tuamu Allah berfirman "Dan Tuhanmu telah memeritahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaknya kamu berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkatan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. " Al-lsraa2324 Hikmah Cerita Berbakti dan menghormati orang tua dimulai dari ibu, kemudian bapak. Bukan berarti seorang bapak tidak penting, Al-Qur' an telah menyebutkan ibu-bapak secara bersamaan. Bahkan seorang ibu pun harus berbakti dan taat kepada suaminya. Sumber 65 Dongeng Pengantar tidur untuk Anak Muslim, Lintas Media Penulis DAVA AGHATA FAUZAN, Santri Madin Irsyadul 'awwam Sidanegara Kaligondang Purbalingga Jawa Tengah. Editor Ahmad Prayitno.